F

Kembali Disini

Cerpen-Kembali Disini
            Hari ini benar-benar melelahkan. Kubanting tas sekolahku keatas sofa,  tanpa menghiraukan apa yang bakal terjadi setelah ini. Ya! Kau benar, bapakku pasti bakalan marah-marah kayak orang kebakaran jenggot. Aku bener-benar sebal. Kenapa hari ini aku begitu sial? Pertama, aku dihukum guruku karena aku lupa mengerjakan PR. Padahal waktu itu aku jujur 100% seharusnya aku dapat piala kejujuran dong. Apa aku nggak boleh lupa? Apa semua orang tidak pernah lupa. Kata guruku “benar-benar alasan yang paling klise. Apa tidak ada alasan yang lain apa? Sekarang keluar dan kerjakan pr kamu dan ini, soal tambahan” bukankah itu memalukan?. Sudahlah, cukup. Aku tidak mau membahasnya.
            Kedua,  aku diputusin. Yah,, whatever .. aku nggak peduli. Yang ketiga, aku dipanggil guru bk karena udah terlambat lebih dari 3 kali. Yang keempat, supir angkot nggak bisa nganter sampe tujuan. Yah,, bayar dobel. Kan sayang? Iya kagak? Yang kelima.. saat aku jalan, tiba-tiba dari arah belakangku ada mobil lewat jalan becek disampingku.. ya kalian tau sendiri apa yang terjadi kan? Aku kecipratan air kotor itu. Dan sampailah aku dirumah ini.,. dan tidak lupa dapat bonus nyanyian bapakku,,, J :D
            Aku tidak menghiraukan ocehan bapakku.. okelah aku ngaku, aku emang anak nakal, nggak suka diatur, njimed wis!.
            Aku masuk kamarku, lalu mandi. Setelah berganti pakaian, akupun langsung ke meja makan untuk makan siang. Padahal ini sudah sore,, tak apalah,, peduli??? Aku menaruh piring kotor itu sembarang dan dilanjut menonton tv. Ohh,, sinetron iklan iklan iklan berita gosip berita realiti show iklan iklan sinetron sinetron gosip kartun. Nah,, ini dia, sinetron.
            Cerita dalam sinetron itu menceritakan tentang anak yang ditinggal mati ayahnya. Tetapi kok anaknya itu malah seneng? Aku tiba2 keinget temen aku waktu aku masih kecil. Kira2 waktu itu aku masih duduk di kelas 5 sd.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
            “oji, kamu lagi ngapain sih?” tanyaku melihat dia lagi duduk dan mengerjakan apa itu, aku nggak tau. Lhal makannya aku nanya... tapi si oji malah diam saja tak menanggapi pertanyaanku. Aku memegang rambutnya yang lucu sambil ketawa karena geli. “kamu ngapain sih? Pegang pegang rambutku segala.” Jawabnya sebal. “dih,, gitu aja kok marah sih?” kataku asal.
                “oji, kamu potong rambut dimana sih? Kok bisa rambutmu berdiri begitu?” tanyaku. Diapun tersenyum “kamu gimana sih? Aku kan dicukur sama bapakmu?”  katanya serius. “ ih masa sih? Emangnya bapakku bisa nyukur rambut?” tanyaku lagi. “tanya aja sama bapakmu sendiri.” Jawab oji. Akupun segera tanya bapakku “pak.. kok bapak bisa nyukur rambut oji kayak gitu sih? Kasian si oji rambutnya aneh.”kataku. bapakku bingung denger ucapanku. “bapak yang nyukur rambut oji? Sejak kapan bapak bisa nyukur rambut?” jawab ayahku. Akupun menoleh ke oji dan mendapatinya sedang ngikik-ngikik puas atas kebodohanku. Dan begitulah memang. Oji sering main kerumahku, tapi bukan untuk ketemu aku. Tapi kakakku. Oji orangya lucu, apalagi rambutnya itu. Dan setelah itu oji tidak main lagi kerumah. Sudah tiga hari dia tidak nongol. Ada apa yah? Tumben.
                Waktu itu ba’da magrib. Ada yang mengetuk pintu. Kakakku yang membukakan pintu. Aku terkejut dan senang. Si oji main lagi kerumah. Aku sudah tidak sabar untk mengacak-acak rambutnya. Tapi,,, lhoh kok oji mukanya cemberut sih? Kakakku tanya “oji, kok baru nongol sih? Kemana aja kamu?” tapi oji malah diem aja. Dan kakakku mengajaknya duduk diruang tamu, akupun ikut tanya “oji kamu kok kemarin-mari  gak pernah main lagi sih?” oji menjawab “bapakku diopname tiga hari lalu.” Kulihat matanya yang muram. Mungkin dia mau menangis. Yah, bapaknya diopname trus? “trus sekarang gimana keadaannya?” tanyaku lagi. Dengan mantap dia berkata “napakku sudah meninggal dan sudah dikuburkan. Sekarang aku Cuma mau pamit,, aku mau ikut kakakku ke jekarta. Karena disini sudah nggak ada yang ngurus aku lagi.” Aku terkejut, sangat terkejut. Dan aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dan oji langsung saja pergi dengan sepeda kecilnya. Itulah terakhir  aku bertemu dengannya. Sungguh, aku menyesal. Kenapa aku diam saja dan tidak berusaha menghiburnya, padahal oji masih kecil. Kenapa ia harus menglaminya. Aku kangen oji...
                Tak kusangka kini sudah enam tahun berlalu. Kira-kira seperti apa yah dia sekarang? Apakah rambutnya masih sama? Dia sekarang dijakarta ngapain? Apa dia sekolah? Apa dia Cuma jadi gelandngan? Apa dia masih hdup ataukah ia sudah mati? Aku kengen oji. Aku lupa gimana bentuk wajahnya, yang kuingat hanya rambutnya yang aneh dan menyenangkan.
                “vera.. piringnya ditaruh yang bener dong. Anak perempuan kok jorok banget sih? “ ibuku ngomel. Omelan itu membuyarkan lamunanku seketika. “iya bu, nanti aku taruh dibelakang.” Suaraku lantang.” Jangan nanti,,, sekarang!!! Kamu sukanya lupa.  Ntar kalonggak ditaro, besok uang saku kamu ibu kurangin” ancam ibuku. Hohoho emangnya aku tidak takut apa? Akupun segera mengabil piring itu dan segera mencucinya.
                Kudengar suara pintu diketuk. Siapa sih? Maghrib2 gini ada tamu. Kubukakan pintu dan muncul seorang cowok yang nggak aku kenal. “ assalami’alaikum..” huh telat. “waalaikum salam” jawabku. Cari siapa yah? Kakakku? “mm, cari siapa yah?” tanyaku “kakakmu..” jawabnya halus. Aku jadi inget oji lagi. “oh,, tunggu sebentar. Silahkan duduk dulu.” Kataku. Kok dia malah nyengir sih? Aku nggak perduli lah. Aku segera kekamar kakakku.. tapi koko kayaknya aku pernah lihat ya? Mukanya gak asing. Tapi siapa yah? Sampailah aku di “kak, ada yang nyariin” kataku. “hah? Bener oji kesini? Tak kira boongan.” Kakakku antusias dan segera keruang tamu. Siapa tadi oji? Tunggu , maksudnya oji yang mana? Oji yang itu? Yang itu? Yang rambutnya.... astaga..
                Ak segera berlari menuju ruang tamu. Kulihat cowok yang sedang duduk manis itu, kuliht Rambut itu... rambut itu, ternyata masih sama! Si oji tersenyum jail kepadaku. Sialan... bisa-bisanya aku bloon gini. Gimana bisa aku lupa rambut anehnya? Tapi sekarang tidak terlalu aneh. Pyah.. Akupun segera berlari kearahnya dan mengacak-acak rambutnya. Hahahaha... kamipun tertawa lepas. 


By Latifatun Khofiyah

Posting Komentar

0 Komentar